COMMERCIAL

Tokoh Masyumi dan Sang Orator Cisewu Tewas dibunuh Tentara

Icang Ma’ruf Tokoh Masyumi dan Sang Orator Cisewu Tewas dibunuh Tentara

Oleh: Gun Gun Nugraha




            TAK DISANGKA bahwa Cisewu pada jaman dahulu pernah memiliki sang orator ulung, mengkritik kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang dinilai lebih berpihak pada Uni Sovyet. Sang orator tersebut bernama Icang Ma’ruf. Ia adalah ayah dari Ahmad Riva’i. Icang bergabung bertahun-tahun dengan Masyumi sebuah partai yang berideologi Islam yang didirikan pada tangal 24 Oktober 1945, diketuai oleh Sukiman, Mohamad Nastsir, dan Hasyim Asyari.
            Berdasarkan penuturan Ahmad Riva’i (24/4), ayahnya pernah menjadi ketua Masyumi cabang Cianjur. Di daerah itu ia bertemu dengan Mohamad Natsir dan Mohamad Roem. Mohamad Natsir, sebagaimana kita tahu, adalah seorang perdana mentri di Jaman Soekarno, dan Mohamad Roem seorang diplomat ulung yang dikenal lewat inisiatifnya dalam perundingan antara RI dan Belanda. Kemudian dikenal sebagai perundingan Roem-Royen.
            Setelah dari Cianjur, Icang Ma’ruf putra dari Daud Jaya Atmaja ini pindah ke Bogor, untuk menjadi pengurus Masyumi cabang Bogor dan mendirikan sebuah pesantren. Menurut cerita, Icang dikenal kecerdasannya dan fasih dikala berorasi. Kata-katanya yang tajam mengkritik pemerintah, yang dinilai presiden RI waktu itu lebih menaungi tokoh-tokoh komunis. Sebut saja salahsatunya DN Aidit. Dengan bahasa-bahasanya yang pedas Icang menentang Soekarno, di depan ribuan masa. Ia menilai, jika Soekarno terus menerus bekerjasama dengan Aidit, maka di Indonesia akan terjadi puncak pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia).  


Poto: Presiden Soekarno saat bersama tokoh tokoh Masyumi
                                   
            Usai orasi tiba-tiba Icang dihampiri Satuan Polisi Militer (SPM). Kemudian ditembak hingga tewas. Jenazahnya dimakamkan di kota Bogor. Peristiwa tragis tersebut, menurut Ahmad Riva’i, terjadi di tahun 1953. Kabar itu sampai pada keluarganya. Membuat duka yang mendalam. Orangtua yang dikenal sebagai tokoh politik di kecamatan Cisewu itu harus berakhir ditembus peluru. Dan Masyumi pun dibubarkan presiden Soekarno ditahun 1960. Karena Soekarno mencurigai tokoh-tokohnya terlibat dalam gerakan pemberontakan dari dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

            Beberapa tahun kemudian, benar saja apa yang diprediksi Icang, ditahun 1965 terjadilah sebuah peristiwa yang mengguncang seluruh rakyat Indonesia. Dikenal dengan G30 S PKI. Gerakan 30 September 1965. Mengorbankan putra-putra terbaik bangsa, tujuh Jendral gugur secara mengenaskan. Dipastikan dibunuh para anggota PKI***24/04/2016

Posting Komentar

0 Komentar